Senin, 07 April 2008

MENGOBARKAN PENGORBANAN

Yang tersisa ketika kamu menyingkirkan semua kemungkinan yang ada, itulah kebenaran. Begitu kira-kira kata salah satu tokoh komik detektif. Kata-kata itu juga sangat cocok bila dikaitkan dengan kata pengorbanan. Hal yang tersisa ketika kamu menyingkirkan semua keinginan yang ada, itulah pengorbanan. Pengorbanan memang adalah sisa dari semua rasa. Tak dapat disangkal bahwa kita selalu mengutamakan kepentingan pribadi, baru kemudian orang lain. Hal itu memang manusiawi dan duniawi.

Untungnya, ketika sebagai manusia, Yesus bukanlah manusia konvensional yang manusiawi dan duniawi. Ia rela mengorbankan kehidupannya demi umat manusia. Dihina, disiksa, dan dipermalukan. Semuanya demi kita. Rasanya semua kesedihan dalam hidup kita tak ada artinya bila dibandingkan dengan penderitaan Yesus itu. Beruntungnya kita sebagai umat katolik, karena memiliki teladan yang nyata mengenai pengorbanan. Teladan utama dalam segala segi kehidupan.

Sebagai manusia kita memang memiliki keterbatasan untuk berkorban. Namun itu bukan alasan untuk tidak berkorban. Kalau istilah kasarnya, apa yang terlalu berarti di dalam hidup kita, sehingga kita enggan berkorban sedikit saja bagi sesama? Toh... akhirnya semua yang ada akan binasa. Sebelum pengorbanan itu juga binasa. Mari mengobarkan pengorbanan. Jangan sampai kita mengorbankan pengorbanan atau mengorbankan diri untuk tidak berkorban.

(diterbitkan dalam buletin bulanan KMK Sacra Familia UNJ)

Tidak ada komentar: